WUJUD-WUJUD KEBUDAYAAN DARI DAERAH
SUMATERA BARAT
Gambaran Teoritis Sumatera
Barat
Sumatra Barat adalah salah
satu provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di pulau Sumatra dan beribu
kotakan Padang. Daerah ini berbatasan langsung dengan Samudra Hindia dan
memiliki identik dengan sebutan kota Minangkabau, dan memiliki aneka ragam
kesenian dan kebudayaan yang unik dari daerah ini.
Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan
bagian dari Kerajaan Pagaruyung. Namun wilayah Sumatera Barat saat ini
tidak mencerminkan keseluruhan luas dari wilayah Kerajaan pagaruyung. Hal ini
tidak terlepas dari penguasaan penjajah yang telah memecah wilayah Pagaruyung
hingga menyisakan sebatas wilayah Provinsi Sumatera Barat yang dikenal saat
ini.
Bermula dari pemerintahan
kolonial Inggris di Sumatera pada tahun 1811 yang memilih pusat
pemerintahannya di Bengkulu. Wilayah Pagaruyung saat itu dimasukkan dalam
wilayah pesisir Barat (West Coast region). Sebuah wilayah yang membentang dari
bagian Selatan Lampung sampai ke Singkil di bagian pesisir Barat Aceh. Gubernur
Jenderal Raffles membentuk kesatuan wilayah ini setelah melihat fakta
rangkaian mata rantai sebaran etnis Minang pesisir yang tidak terputus di
sepanjang pesisir Barat Sumatera pada masa itu. Setelah penyerahan wilayah
Sumatera kepada Kerajaan Belanda pasca
rekapitulasi Napoleon di Eropa, Inggris hanya menyisakan
wilayah Bengkulu sebagai basisnya di Sumatera yang berakses ke
Samudera Hindia. Dalam hal ini penentuan batas Bengkulu dilakukan sepihak oleh
Inggris dengan memasukkan wilayah Minangkabau Mukomuko dalam
administrasi Bengkulu. Setelah penyerahan Bengkulu kepada pemerintahan
kolonial Hindia Belanda tahun 1824, wilayah Mukomuko tetap
dipertahankan dalam administratif Bengkulu.
Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian
tengah pulau Sumatera, memiliki dataran rendah di pantai barat, serta dataran
tinggi vulkanik yang dibentuk oleh Bukit Barisan. Garis pantai provinsi
ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375
km. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia dan beberapa
puluh kilometer dari lepas pantai Sumatera Barat termasuk dalam provinsi ini.
Sumatera Barat memiliki beberapa danau, di
antaranya adalah danau Singkarak yang membentang di kabupaten
Solok dan kabupaten Tanah Datar dengan luas 130,1
km², danau Maninjau di kabupaten Agam dengan luas 99,5 km²,
dan danau Kembar di kabupaten Solok yakni danau Diatas dengan luas
31,5 km², dan danau Dibawah dengan luas 14,0 km² .
Beberapa sungai besar di pulau
Sumatera berhulu di provinsi ini, di antaranya adalah sungai
Siak, sungai Rokan, sungai Inderagiri (disebut sebagaiBatang
Kuantan di bagian hulunya), sungai Kampar, dan Batang Hari.
Semua sungai ini bermuara di pantai timur Sumatera, di provinsi Riau dan Jambi.
Sementara sungai-sungai yang bermuara di provinsi ini berjarak pendek, di
antaranya adalah Batang Anai, Batang Arau, dan Batang Tarusan.
Sumatera Barat memiliki 29 gunung yang
tersebar di 7 kabupaten dan kota. Beberapa di antaranya adalah gunung
Talamau di kabupaten Pasaman Baratyang merupakan gunung tertinggi di
provinsi ini dengan ketinggian 2.913 meter, gunung
Marapi di kabupaten Agam dengan ketinggian 2.891 m, gunung
Sago di kabupaten Lima Puluh Kota dengan ketinggian 2.271
m, gunung Singgalang di kabupaten Agam dengan ketinggian 2.877
m, gunung Tandikat dikabupaten Padang Pariaman dengan ketinggian
2.438 m, gunung Talang di kabupaten Solok dengan ketinggian
2.572 m, dan gunung Pasaman di kabupaten Pasaman Barat dengan
ketinggian 2.190 m.
Propinsi Sumatera Barat memiki aneka ragam budaya
yang menarik. Kekayaan budaya Sumatera Barat tersebut meliputi tarian
tradisional hingga adat istiadat yang ada di Sumbar.
Kekayaan seni budaya Indonesia yang berasal dari
Sumatera Barat ini harus terus di lestarikan dan harus mendapat perhatian lebih
oleh pemerintah setempat khususnya sehingga nantinya bisa menarik wisatawan.
Kebudayaan Sumatera Barat harus diperkenalkan dan dipromosikan karena bagian
dari kekayaan budaya indonesia. Salah satu even untuk mempromosikan budaya
Sumbar adalah dengan terselenggaranya Pekan Budaya Sumatera Barat. Selain
mengenalkan budaya propinsi Sumbar kepada masyarakat lokal juga untuk wisatawan
yang berkunjung ke propinsi ini.
Adat Istiadat Sumatera Barat
1.
PACU JAWI
Pacu Jawi (Bahasa Minang) atau Pacu Sapi merupakan salah
satu event budaya dari Sumatera Barat.
Kegiatan ini biasanya dilakukan hanya untuk mengisi waktu setelah masa panen
datang atau kadang diadakan 3 kali setahun sebelum musim tanam. Di Kabupaten
Tanah Datar, ada empat kecamatan yang mempertahankan tradisi Pacu Jawi ini,
yaitu: Sungai
Tarab, Rambatan, Limo kaum, dan Pariangan.
Bicara mengenai pacu jawi tidak lepas dari atraksi
Karapan Sapi di Madura. Kedua atraksi ini memang mirip namun ada beberapa hal
yang membedakan antara Pacu Jawi dengan Karapan Sapi. Salah satunya adalah
tempat berlangsungnya kedua atraksi ini. Jika Karapan Sapi dilaksanakan di
tanah kering, maka Pacu Jawi ini dilaksanakan di tanah berlumpur bekas sawah
yang telah dipanen penduduk setempat. Berbeda dengan Karapan Sapi, Pacu Jawi
tidak menggunakan tongkat pendek berujung paku untuk mempercepat lari sapi
di litasan.
Pacu Jawi murni hiburan bagi para petani usai masa panen
dan hal inilah yang membuat pacu jawi menarik, meriah, dan berbeda. Dilombakan
bukan dengan pasangan lawan sebagaimana layaknya perlombaan tetapi hanya
dilepas satu persatu. Seorang joki mengendarai sepasang jawi diapit pembajak
sawah sambil memegang tali dan menggigit ekor kedua sapinya. Yang menjadi
pemenang adalah pasangan jawi yang berlari paling lurus tanpa berbelok hingga
ke garis akhir. Ada joki yang dapat menunggang sapi berlari cepat atau
sebaliknya ada juga si jawi (sapi) yang tidak mau berlari bahkan pergi
meninggalkan sang joki.
Jokinya akan dibekali alat bajak pacu yang terbuat dari
bambu sebagai alat berpijak sewaktu perlombaan dimulai. Alat tersebut merupakan
salah satu peralatan yang digunakan petani untuk membajak sawah.
Pacu Jawi kini menjadi salah satu ciri khas dari Sumatera
Barat tersebar di wilayah Tanah Datar dan Lima Puluh Kota. Atraksi ini menarik
animo wisatawan dalam dan luar negeri untuk datang menikmati unik dan meriahnya
Pacu Jawi yang penuh dengan aura ‘kejantanan’ ini. Ketika pertunjukan
dimulai maka Anda akan melihat sang joki menggigit ekor sapi. Semakin keras
joki menggigit ekor sapi maka semakin cepat sapi itu berlari.
Berjuanglah mendapatkan moment luar biasa ini melalui
kamera Anda dari berbagai posisi, gerakan, ekspresi, dan guratan dari sang joki
dan sapinya saat meluncur cepat di lapangan berlumpur. Semua ini adalah atraksi
tersembunyi diantara pemandangan tropis yang rimbun dibawah langit biru
Sumatera Barat.
Batu sangkar adalah sebuah kota kecil dimana Pacu Jawi
dimulai. Biasanya perlombaan ini diadakan 3 kali setahun sebelum musim tanam.
Atraksi ini dapat Anda nikmati di beberapa kecamatan di Sumatera Barat seperti: Limo
Kaum, Pariangan, Sungai Tarab, Rambatan juga di Payobasung.
Masyarakat di sini tahu bagaimana bersenang-senang dalam atraksi ini. Atraksi
tersebut jelas membedakan joki sapi terbaik. Hanya ada beberapa yang mau
mengambil resiko terjatuh di lumpur dengan kecepatan tinggi. Terkadang tidak
semua joki dapat melakukan hal tersebut. Hanya joki-joki yang profesional yang
dengan mudah melakukan atraksigigiak ikua sapi
tersebut.
Sapi berlari kencang, joki tangguh, cipratan lumpur
berterbangan, sorak-sorai penonton, serta tepuk tangan bergemuruh adalah
suasana dan pemandangan yang sulit Anda temui di belahan dunia manapun.
Daya tarik lain dalam Pacu Jawi ini adalah penampilan
tarian dan permainan alat music tradisional yang diusung oleh masyarakat
setempat.
Kegiatan Pacu Jawi telah berlangsung sejak masa Kaum
Paderi menyebarkan pengaruhnya di Ranah Minangkabau. Pada saat bersamaan, pengaruh
Kerajaan Pagaruyung mengalami penurunan akibat kekuasaan VOC. Pada awalnya,
kegiatan ini dilakukan untuk mengisi waktu luang petani yang akan memasuki
musim tanam.
Dianggap sebagai mahluk suci di Bali dan
India, sapi merupakan hewan dengan otot kekar. Selama upacara pembakaran mayat
di Bali (Lihat upacara Pelebon
di Bali), sebuah sarcophagus berbentuk
sapi dengan bermahkotakan emas merupakan sebuah media untuk mengantarkan
jenazah anggota kerajaan ke tempat pembakaran jenazah.
Nah, jadi saat berkunjung ke Minangkabau selain
mengunjungi Ngarai Sianok, Lembah Harau,
Sikuai, Istana Pagaruyung, Tambang Sawahlunto, dan lain-lain, ada Pacu Jawi
yang patut Anda saksikan untuk mengisi satu slot penting dalam khasanah wisata
budaya di Minangkabau.
2.
Tarian tradisional
Secara garis besar
seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai.
Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh
besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, di antaranya Tari
Pasambahan, Tari Piring,
Tari Payung, dan Tari Indang. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan
khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang
disebutsilek dengan tarian, nyanyian dan seni peran
(acting) yang dikenal dengan nama Randai.
Sedangkan untuk
tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk
Laggai. Tarian Turuk Langai ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan,
sehingga judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya
tari burung, tari monyet, tari ayam, tari ular dan sebagainya.
3.
UPACARA
ADAT
Tabuik adalah
perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura,
gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad,
yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di
daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman.
Festival ini termasuk menampilkan kembaliPertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol. Tabuik merupakan
istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut.
Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi'ah,
akan tetapi penduduk terbanyak di Pariaman dan
daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut Sunni. Di Bengkulu dikenal
pula dengan nama Tabot.
Tabuik diturunkan ke laut di Pantai Pariaman, Sumatera Barat,
Indonesia
pacara melabuhkan tabuik ke laut
dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak 1831. Upacara ini
diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi'ah dari
India, yang ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris di
Sumatera bagian barat.
4.
Olahraga
Provinsi Sumatera Barat
memiliki beberapa even olahraga yang berskala lokal, nasional, maupun
internasional, diantaranya adalah lomba pacu kuda. Perlombaan pacu kuda
sudah menjadi tradisi dan budaya masyarakat Minangkabau. Rangkaian perlombaan
pacu kuda biasanya diselenggarakan di beberapa kota di Sumatera Barat secara
bergiliran.
Even internasional lainnya
adalah Tour de Singkarak yang pada tahun 2013
telah memasuki tahun kelima. Kejuaraan ini secara resmi telah menjadi agenda
perhelatan tahunan Union Cycliste Internationale (UCI). Beberapa
kawasan wisata menjadi bagian dari jalur lintasan lomba termasuk Lembah Harau, Danau Maninjau, Kelok 44, Istana Basa Pagaruyung,
dan Diatas-Dibawah.Di sisi lain, cabang
olahraga perahu naga (dragon boat)
juga rutin dilaksanakan di Sumatera Barat, seperti kejuaraan Perahu Naga
Internasional di Padang yang mendatangkan
peserta dari mancanegara, serta kejuaraan Dayung Tradisional di Pantai Carocok, Painan dan Dharmasraya.
HASIL-HASIL BUDAYA SECARA FISIK
Alat Musik
Nuansa Minangkabau yang ada
di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun
saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat.
Hal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun
sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi
nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional saluang, bansi,talempong, rabab, pupuik, serunai, dan
gandang tabuik.
Ada pula saluang jo
dendang, yakni penyampaian dendang (cerita berlagu) yang diiringi saluang yang
dikenal juga dengan nama sijobang.
Musik Minangkabau berupa
instrumentalia dan lagu-lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis.
Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki rasa
persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang
tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau.
Industri musik di Sumatera
Barat semakin berkembang dengan munculnya seniman-seniman Minang yang bisa
membaurkan musik modern ke dalam musik tradisional Minangkabau. Perkembangan
musik Minang modern di Sumatera Barat sudah dimulai sejak tahun 1950-an,
ditandai dengan lahirnya Orkes Gumarang. Elly Kasim, Tiar Ramon, dan Nurseha adalah penyanyi
Sumatera Barat yang terkenal di era 1970-an hingga saat ini. Saat ini para
penyanyi, pencipta lagu, dan penata musik di Sumatera Barat, bernaung dibawah
organisasi PAPPRI (Persatuan Artis Penyanyi Pencipta lagu Penata musik Rekaman
Indonesia) dan PARMI (Persatuan Artis Minang Indonesia).
Perusahaan-perusahaan
rekaman di Sumatera Barat yang turut mendukung industri musik Minang antara
lain : Tanama Record, Planet Record, Pitunang Record, Sinar Padang Record,
Caroline Record yang terletak di Padang dan Minang Record, Gita Virma Record
yang terletak di Bukittinggi.
Rumah Adat
Rumah adat Sumatera Barat
khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang
biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku/kaum
tersebut secara turun temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut
biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi
sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun
belum menikah.
Rumah Gadang ini dibuat
berbentuk empat persegi panjang dan dibagi atas dua bahagian muka dan belakang,[ umumnya berbahankayu, dan sepintas kelihatan seperti berbentuk rumah panggung
dengan atap yang khas, menonjol seperti tanduk kerbau, masyarakat setempat menyebutnya Gonjong dan dahulunya atap ini
berbahan ijuk sebelum berganti dengan atap seng. Rumah Bagonjong[23] ini menurut masyarakat
setempat diilhami dari tambo, yang
mengisahkan kedatangan nenek moyang mereka dengan kapal dari laut. Ciri khas lain rumah adat
ini adalah tidak memakai paku besi tapi menggunakan pasak dari kayu, namun
cukup kuat sebagai pengikat.
Sementara etnis Mentawai
juga memiliki rumah adat yang berbentuk rumah panggung besar dengan tinggi
lantai dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan uma. Umaini
dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum
konstruksi uma ini dibangun tanpa
menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang
bertakik.
Senjata Tradisional
Senjata tradisional
Sumatera Barat adalah Keris dan Kurambiak atau Kerambit. Keris biasanya dipakai
oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, dan umumnya dipakai oleh
para penghulu terutama dalam setiap acara resmi ada terutama dalam acara malewa gala atau pengukuhan gelar,
selain itu juga biasa dipakai oleh para mempelai pria dalam acara majlis
perkawinan yang masyarakat setempat menyebutnya baralek. Sedangkan kerambit merupakan senjata tajam kecil yang
bentuknya melengkung seperti kuku harimau, karena memang terinspirasi dari kuku
binatang buas tersebut. Senjata ini dipakai oleh para pendekar silat Minang dalam pertarungan
jarak pendek, terutama yang menggunakan jurus silat harimau. Berbagai jenis
senjata lainnya juga pernah digunakan seperti tombak, pedang panjang, panah, sumpit dan sebagainya.
Masakan khas
Dalam dunia kuliner,
Sumatera Barat terkenal dengan masakan Padang dan restoran Padang dengan citarasa yang
pedas. Masakan Padang dapat ditemui hampir di seluruh penjuru Nusantara, bahkan sampai ke luar
negeri. Beberapa
contoh makanan dari Sumatera Barat yang cukup populer adalah Rendang, Sate Padang, Dendeng Balado, Itiak Lado Mudo, Soto Padang, dan Bubur Kampiun.
Setiap kawasan di Sumatera
Barat, memiliki makanan sebagai ciri khas daerah, yang biasa dijadikan sebagai
buah tangan (oleh-oleh) misalnya: Padang terkenal dengan bengkuang, Padang Panjang
terkenal dengan pergedel jaguang, Bukittinggi dengan karupuak sanjai, Payakumbuh
dengan galamai. Selain itu Sumatera
Barat juga memiliki ratusan resep, seperti kipang kacang, bareh randang,
dakak-dakak, rakik maco, pinyaram, Karupuak
Balado, dan termasuk juga menghasilkan Kopi Luwak.